April 10, 2012

Pengukuran Kinerja Sektor Publik



1.      Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Tujuan sistem pengukuran Kinerja adalah :
a.       Mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up)
b.      Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi;
c.       Mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence; dan
d.      Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
Manfaat Pengukuran Kinerja :
a.       Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen;
b.      Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;
c.       Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja
d.      Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati;
e.       Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi;
f.       Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi;
g.      Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah;
h.      Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

2.      Langkah-langkah pengukuran kinerja dengan value for money
-          Pengukuran ekonomi
Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran yang relatif.
-          Pengukuran Efisiensi
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi. Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua: (a) efisiensi alokasi, dan efisiensi teknis atau manajerial. Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu.
-          Pengukuran efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
-          Pengukuran outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena outputnya hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan. Pengukuran outcome memiliki dua peran, yaitu peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangkan peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang. Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome digunakan untuk mengarahkan keputusan alokasi sumber daya publik. Analisis retrospektif memberikan bukti terhadap praktik yang baik.
-          Estimasi indikator kinerja
Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan (1) kinerja tahun lalu, (2) expert judgement, (3) trend, dan (4) regresi.
1.      Kinerja tahun lalu
Kinerja unit tahun lalu dapat digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Hal tersebut merupakan benchmark bagi unit tersebut untuk melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan. Alasan lainnya adalah karena terdapatnya time lag antara aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak yang timbul dari aktivitas tersebut.
2.      Expert Judgement
Expert judgement biasanya digunakan untuk melakukan estimasi kinerja. Selain penggunaannya yang sederhana, dari segi biaya juga tidak terlalu mahal. Namun demikian, kelemahannya adalah bahwa teknik ini sangat bergantung pada pandangan subjektif para pengambil keputusan. Di samping itu, dampak adanya pencapaian tujuan kinerja tidak secara otomatis dapat dikatakan bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja. Kadang keberhasilan suatu unit kerja akan mempengaruhi kinerja unit yang lain.
3.      Trend
Trend digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.
     Y = a + bt
     Y = indikator kinerja
     a  = indikator kinerja autonomus
4.      Regresi
Dengan menggunakan rumus regresi sederhana dapat dilakukan estimasi kinerja unit kerja. Hal ini dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen (kinerja unit)
-          Pertimbangan dalam membuat indikator kinerja
Langkah pertama dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efektivitas adalah memahami operasi dengan menganalisis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan. Secara garis besar terdapat dua jenis tindakan kebijakan yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber daya input untuk dikonversi menjadi output melalu satu atau beberapa proses konversi atau operasi. Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu keluaran, akibat dan dampak dan distribusi manfaat. Keluaran yang diproduksi diharapkan akam memberikan sejumlah akibat dan dampak positif terhadap tujuan program.

3.      Informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja
-          Informasi finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. Analisis varians secara garis besar berfokus pada :
a.       Varians pendapatan
b.      Varians pengeluaran
-          Varians belanja rutin
-          Varian belanja investasi/modal
Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah.
Penggunaan analisis varians saja belum cukup untuk mengukur kinerja, karena dalam analisis varians masih mengandung keterbatasan. Keterbatasan analisis varians di antaranya terkait dengan kesulitan menetapkan signifikansi besarnya varians.

-          Informasi nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolok ukur lainnya. Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komperhensif yang banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah balanced scorecard. Dengan balance scorecard kinerja organisasi tidak hanya berdasarkan aspek finansialnya saja, akan tetapi juga aspek nonfinansial. Pengukuran dengan metode balance scorecard melibatkan empat aspek, yaitu :
1.      Perspektif finansial (financial perspective);
2.      Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective);
3.      Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)
4.      Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective)
Jenis informasi nonfinansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci atau sering digunakan sebagai key success factor, key result factor, atau pulse point. Suatu variabel kunci memiliki beberapa karakteristik, antara lain :
a.       Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi;
b.      Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat;
c.       Perubahannya tidak dapat diprediksi;
d.      Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera; dan
e.       Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar